1.
Pendahuluan dan Prinsip
Dynamic
Vapour Sorption ((DVS) adalah
teknik gravimetri yang mengukur seberapa cepat dan berapa banyak zat terlarut
terserap ke dalam sampel, misalnya serbuk kering yang mengadsorp air. Analisa
dengan DVS dilakukan dengan mengenai sampel dengan berbagai variasi kondisi kelembapan
pada suhu tertentu, kemudian respon sampel diukur secara gravimetri, yakni
perubahan massa sampel terhadap fungsi kelembapan relatif. Dalam hal ini,
DVS merupakan teknik untuk mengkaji
desorpsi/sorpsi air dan senyawa organik pada material partikulat. DVS pada
dasarnya dikembangkan untuk menggantikan peran desikator dan larutan garam
jenuh untuk mengukur isotermal serapan (sorpsi) uap air.
Aplikasi
utama DVS adalah untuk mengukur serapan air isotermal. Secara umum, serapan air
isotermal menunjukkan kesetimbangan jumlah uap yang terserap sebagai fungsi
keadaan tunak tekanan uap relatif pada suhu konstan. Untuk serapan air isotermal,
tekanan uap relatif air lebih umum dinyatakan dalam kelembapan. Pada DVS, massa
sampel harus dibuat untuk mencapai kesetimbangan gravimetri pada tiap perubahan
kelembapan sebelum meningkat pada tingkat kelembapan yang berikutnya. Kemudian,
nilai masa kesetimbangan pada tiap tahap kelembapan relatif digunakan untuk menghasilkan kondisi
isotermal. Kondisi isotermal umumnya dibedakan menjadi dua komponen, yakni sorption
(sorpsi) untuk peningkatan tahap kelembapan, dan desorption (desorpsi)
untuk penurunan tahap kelembapan. Sorption (sorpsi) dapat dibagi lagi menjadi adsorption
(adsorpsi), dimana adsorbat berada pada permukaan adsorben, dan absorption
(absorpsi), dimana absorbat berada dalam fasa bulk absorben. Instrumen
DVS ditampilkan pada Gambar 1, sementara skema instrumen DVS ditampilkan pada
Gambar 2.
Gambar 1. Instrumen Dynamic Vapour Sorption (DVS) dari Quantachrome.
Gambar 2. Skema
instrumen DVS
(Levoguer dan Williams, 2006)
2.
Prosedur Eksperimental
Pada
eksperimen DVS, kelembapan relatif (%RH) dinaikkan secara bertahap dari tingkat
inisial rendah (baik pada kelembapan ambien atau o%RH) ke tingkat yang tinggi (90-95%
RH), kemudian diturunkan kembali menuju tingkat rendah. Dalam beberapa kasus
kelembapan relatif ini bisa dinaikkan kembali ke tingkat yang lebih tinggi
tergantung kebutuhan analisa. Laju dimana material atau sampel setimbang pada
tiap tiangkat kelembapan, yang pada akhirnya juga mengahasilkan keseluruhan
bentuk profil adsorpsi/desorpsi akan memberikan informasi yang berguna tentang
struktur dan kestabilan jangka panjang dari material (Hassel dan Hesse, 2007).
Analisa
dengan DVS umumnya menggunakan wadah atau tampat sampel berupa wadah kuarts (quartz
pan). Sejumlah sampel yang massanya telah diketahui kemudian ditambahkan
pada wadah kuarts yang sebelumnya telah ditimbang terlebih dahulu. Kemudian
ruang kelembapan (humidity chamber) ditutup dan disegel. Sementara itu
wadah kuarts kosong digunakan sebagai referensinya, dan analisa baru dijalankan
pada suhu yang tetap. Pada saat analisa dijalankan, sampel diberikan beberapa
kelembapan relatif spesifik, misalnya 0%, 10%, 20% dan setersuasnya sampai 90%
pada periode waktu tertentu, biasanya 200 menit (Hunter dkk, 2010).
Profil
adsorpsi desorpsi yang diperoleh berupa perubahan massa sampel menurut fungsi
kelembapan relatif (%RH). Salah satu contoh profil DVS ditampilkan pada Gambar
3 yang menunjukkan profil DVS dari senyawa prednison. Pada profil ini
kelembapan relatif (%RH) dinaikkan dari tingkat rendah ke tingkat tinggi,
kemudian diturunkan untuk mengkaji proses desorpsinya, selanjutnya ditingkatkan
lagi. Perlakuan ini pada akhirnya menghasilkan tiga buah grafik atau kurva dari
satu sampel dalam satu kali proses analisis.
Gambar 3. Data
adsorpsi permukaan pada prednison
(Hassel
dan Hesse, 2007)
3.
Aplikasi Penggunanan Dynamic Vapour Sorption (DVS)
Salah
satu aplikasi penggunaan DVS adalah untuk mempelajari dan mengkaji proses
fotodegradasi dan pelapukan yang terjadi pada kayu akibat perilaku kelembapan
di lapisan permukaan kayu tersebut, seperti dilaporkan oleh Sharratt dkk.
(2010).
Penelitian
ini menjadi penting karena proses pelapukan kayu sangat dipengaruhi oleh
perilaku kelembapan pada permukaan kayu yang pada akhirnya bisa menyebabkan
fotodegradasi pada kayu tersebut. Hal ini umum terjadi di alam misalnya sebagai
akibat dari adanya hujan, salju atau peristiwa pengembunan. Hubungan antara
kelembapan dan kayu dipengaruhi pula oleh perubahan karakter atau sifat pada
lapisan permukaan disebabkan oleh fotodegradasi atau keberadaan lapisan coating
yang berperan sebagai penghalang interaksi antara kayu dengan uap air. Sehingga
untuk memahami apa yang terjadi pada lapisan permukaan kayu yang di coating,
maka analisa DVS dilakukan pada sampel kayu kecil. Dengan analisa seperti ini,
maka perubahan dinamik pada kandungan kelembapan kayu yang disebabkan oleh
perubahan uap air dapat diukur. Dalam hal ini menggunakan serapan (sorpsi)
isotermal.
Sampel
(earlywood dan latewood) yang digunakan pada penelitian ini
meliputi beberapa jenis, yakni:
·
Pinus
yang tak terpapar.
·
Pinus
yang terpapar di luar ruangan (Outdoor exposed, OE), sampel ini
diperoleh dari lapisan permukaan papan kayu pinus yang tidak di coating
yang telah terpapar di lingkungan selama 18 bulan.
·
Pinus
yang terpapar di dalam ruangan (Indoor exposed, 500 jam, kering), sampel
ini diperoleh dari sebilah pinus yang telah dipaparkan dalam instrumen Q-Sun
Xe-1 selama 500 jam.
·
Pinus
yang terpapar di dalam ruangan (Indoor exposed, paparan basah, semprotan
air), sampel dipaparkan dalam Q-Sun Xe-1 selama 98 jam dan dikenai semprotan
air selama 10 menit tiap jam.
Earlywood adalah kayu yang dihasilkan pada awal musim semi, atau disebut
juga springwood. Sementara latewood adalah kayu yang dihasilkan
pada akhir musim semi, mendekati musim panas, atau disebut juga summerwood.
Hasil
analisa DVS menunjukkan beberapa hal yang menarik. Gambar 4 menunjukkan
isotermal yang diperoleh dari percobaan dari dua sampel earlywood dan
dua sampel latewood kayu pinus yang tidak terpapar. Isotermal tersebut
menunjukkan karakteristik bentuk histerisis sigmoidal antara loop adsorpsi dan
desorpsi isotermalnya. Isotermal kayu pinus earlywood dan latewoodnya
memiliki sedikit perbedaan pada rentang %RH yang lebih tinggi. Perbedaan ini
mungkin disebabkan oleh pengaruh kondensasi kapiler.
Gambar 4. Perbandingan isotermal yang didapat secara eksperimental
dari dua buah pinus
earlywood dan latewood
yang tidak terpapar.
Gambar
5a menunjukkan isotermal dari sampel earlywood (tak terpapar, diberi
paparan sinar UV-Vis selama 500 jam dan sampel yang terpapar di luar ruangan).
Kurva adsorpsi dan desorpsi untuk sampel tak terpapar dan paparan basah (98
jam) mirip terhadap semua isotermal walaupun semuanya tidak ditampilkan disini.
Hal ini mungkin disebabkan oleh waktu pemaparan cahaya yang terlalu sebentar.
Sampel yang terpapar di luar ruangan memiliki tingkat adsorpsi yang lebih
rendah yakni pada pertengahan RH (%) pada rentang (30-90%). Pada tingkat RH
yang lebih tinggi dan lebih rendah, sampel yang terpapar di luar ruangan
memiliki tingkat uptake yang mirip dengan sampel yang tidak terpapar.
Perbedaan terbesar pada isotermal yang tergantung pada pencahayaan terlihat
antara sampel tak terpapar dengan sampel yang terpapar 500 jam. Sampel yang
terpapar selama 500 jam menunjukkan kandungan kelembapan yang lebih rendah
dengan histerisis yang lebih kecil pada daerah tengah RH.
Gambar 5. (a) Isotermal yang didapat secara eksperimental pada
sampel pinus earlywood yang
tidak terpapar dan
terpapar menunjukkan perbedaan yang disebabkan oleh pemaparan
cahaya. (b) Isotermal yang diperoleh
secara eksperimental pada sampel pinus latewood
yang tidak terpapar dan
terpapar menunjukkan perbedaan akibat pemaparan
cahaya.
Gambar
5b menunjukkan isotermal untuk sampel latewood yang dibandingkan
terhadap data earlywood yang disajikan pada Gambar 5a. Sampel latewood
menunjukkan perilaku yang mirip dengan sampel earlywood, dimana
kandungan kelembapan pada RH yang diberikan menurun dalam urutan tak terpapar
> terekspos di luar ruangan > terpapar 500 jam. Pencahayaan di bawah
sinar UV-Vis lebih lanjut pada kondisi kering, atau pelapukan di luar ruangan,
telah menurunkan kapasitas serapan (sorpsi) kayu terhadap air.
Pada
penelitian ini dibahas pula faktor-faktor yang menyebabkan turunnya kapasitas
serapan itu. Sejauh ini turunnya kapasitas serapan itu disebabkan oleh tiga
mekanisme, yakni:
·
Reduksi
pada jumlah sisi serapan (gugus OH) pada dinding sel kayu.
·
Pembengkakan
terkendali, baik akibat dari penahan eksternal atau karena meningkatnya ikat
silang antara komponen makromelokuler pada dinding sel.
·
Bulking dari dinding sel disebabkan oleh deposisi material dalam dinding
sel nanopori.
Mekanisme
yang terakhir ini dapat diabaikan dalam kasus penilitian ini karena mekanisme
ini membutuhkan impregnasi yang disengaja dan fiksasi kimia dari dinding sel.
Reduksi OH berhubungan dengan penghilangan sisi yang berikatan (misalnya
asetilasi) atau disebabkan oleh penghilangan komponen dinding sel seperti
selulosa atau hemiselulosa. Hal ini mungkin disebabkan oleh irradiasi UV yang
dapat menyebabkan pemotongan rantai polisakarida dan hal ini juga telah
didukung fakta jika hemiselulosa menghilang di bawah iradiasi UV dan proses
pelapukan. Selulosa juga terdepolimerisasi dan α-selulosa berkurang pula oleh
irradiasi UV tersebut.
Penelitian
ini menunjukkan jika peristiwa serapan (sorpsi) dari uap terhadap suatu
material dengan instrumen DVS dapat digunakan untuk memahami sifat dan
mekanisme yang terjadi pada material
tersebut, dalam hal ini kayu terutama pada proses fotodegradasi dan
pelapukannya. Penelitian ini memberikan informasi jika perbedaan perilaku
kayu-uap tergantung pada jenis paparan yang mengenainya. Efek yang tampak
menunjukkan jika afinitas uap yang lebih rendah untuk uap pada sampel yang
terfotodegradasi ketika tidak terdapat pelepasan yang disebabkan oleh perubahan
awal uap. Hal ini diyakini terjadi karena polimerisasi silang sisi serapan air
pada lignin dapat dimasuki oleh uap.
(Sharratt
dkk, 2010)
4.
Referensi
Hassel, R. L. dan Hesse, N. D., 2007., Investigation of
pharmeceutical stability using dynamic vapor sorption analysis., TA
Instrumen, 109 Lukens Drive, New Castle, USA.
Hunter, N. E., Frampton, C.S., Craig, D. Q. M. dan Belton, P. S.,
2010., The use of dynamic vapour sorption methods for the characterization of
water uptake in amorphous trehalose., Carbohydrate Research, 345,
1938-1944.
Levoguer, C. L. dan Williams, D.R., 2006., The characterization of
pharmaceutical materials by dynamic vapour sorption., Application note
101.
Sharratt, V., Hill, C. A. S., Zaihan, J. dan Kint, D. P. R., 2010.,
Pfotodegradation and weathering effect on timber surface moisture profile as studied
using dynamic vapour sorption., Polymer Degradation and Stability, 95,
2659-2662.
alat tersebut di atas ada dimana di Indonesia?
BalasHapusALat DVS nya ada dimana di Indonesia?
BalasHapustempat yang ada alat DVS nya dimana yah di indonesia??
BalasHapussaya mau pengujian alat itu